Catatan Sejarah Persekutuan Doa Oikoumene (PDO) Parlemen dari Baspak Tasman Sembiring

Mantan Sekretariat Jendral (Sekjen) Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) H. Wang Soewandi, S.H., dan Mantan Wakil Sekjen DPR RI Drs. Gondo Soetojo adalah orang yang sangat terpenting dalam berdirinya Persekutuan Doa Oikumene Setjen DPR RI. Posisi saya sebagai Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) DPR RI membuat saya banyak bertemu dengan kedua tokoh Islam itu khususnya pada saat ditugaskan dalam Panitia Khusus (Pansus) RUU Pokok Hankam, Lingkungan Hidup, Pemilu, Pelita dan lainnya.

Suatu Ketika Bapak Gondo Soetojo memanggil saya ke ruangan beliau untuk berdiskusi terkait reorganisasi di Setjen DPR RI. Suatu Ketika Ketika Bapak Gondo selesai Shalat Jumat, kami bertegor dan menugaskan saya untuk mengumpulkan teman-teman Kristen untuk kebaktian setiap hari Minggu. Berdasarkan amanat tersebut, saya dan Ibu Tri Utami mengundang teman-teman Kristen untuk mengadakan pertemuan.

Hasil dari pertemuan tersebut lalu memutuskan untuk membentuk Persekutuan Doa Oikumene dimana saya sebagai Ketua dan Ibu Tri Utami sebagai Sekretaris. Hasil keputusan rapat tersebut kemudian saya laporkan kepada Bapak Gondo Soetojo bahwa PDO Setjen DPR RI telah terbentuk. Kemudian beliau memanggil pegawai gedung dan memerintahkan menyediakan sebuah ruangan untuk Kebaktian Persekutuan Doa Oikumene Anggota DPR dan Pegawai Setjen DPR RI. Mulai saat tersebutlah PDO di DPR RI terbentuk.

Sebagai catatan Bapak Tasman Sembiring sekarang berusia 82 Tahun dengan kegiatan sekarang berladang Kopi di Berastagi.


Catatan Sejarah Persekutuan Doa Oikoumene (PDO) Parlemen dari Bapak Robert Juheng Purba

Drs Robert Juheng Purba dari Sekretariat Jendral (Setjen) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pernah menduduki posisi Ketua PDO MPR, DPR, DPD RI secara de jure pada masa Oktober 2007 hingga September 2009. Beliau terpilih sebagai ketua PDO di lingkungan Sekretariat MPR RI, DPR RI, dan DPR RI melalui proses pemilihan yang diselenggarakan pada bulan September 2007. Struktur kepengurusannya, Drs. Robert Purba dibantu Drs. Uli Sintong Siahaan sebagai wakil Ketua dari Setjen DPR RI dan Yunus Pasnoalif dari Setjen DPD RI, serta Dra. Tri Budi Utami, M.Si sebagai sekretaris pelaksana harian PDO.

Rapat perdana pada hari Rabu, tanggal 31 Oktober 2007, pengurus berkumpul di Ruang Rapat BKSAP Lantai IV Gedung Nusantara III untuk melakukan peresmian pengurus dan bersatu hati membahas pengembangan PDO ke depan. Kepengurusan PDO saat itu terbentuk atas arahan Pastor Saut M. Hasibuan selaku mantan Ketua Umum Panitia Natal 2006. Pastor Saut M. Hasibuan merupakan anggota DPR RI periode 2004-2009 F-Partai Damai Sejahtera (PDS) Dapil Papua Barat. Dalam kepengurusan PDO periode 2007-2009, beliau menjadi penasihat bersama dengan 9 (sembilan) bapak/ibu anggota DPR RI dan DPD RI lainnya yang beragama Nasrani. Selain itu, juga menjadi penasihat dari kesekjenan adalah Drs. Edy Siregar yang saat itu menjabat sebagai Wakil Setjen MPR RI dan Drs. Riado I.T. Simanjuntak yang saat itu menjabat sebagai Karo Humas dan Pemberitaan DPR RI.

Kegiatan hari besar yang dilakukan oleh PDO pada akhir tahun 2007, salah satunya adalah terbentuk Panitia Natal 2007 dan Tahun Baru 2008 MPR, DPR, dan DPD RI. Panitia yang diketuai oleh Bp. Simon Patrice Morin dari Fraksi Partai Golkar mengadakan acara Natal 2007 dan Tahun Baru 2008 pada tanggal 28 Januari 2008. Adapun tema Natal yang diangkat sesuai dengan tema natal Nasional yaitu “Hiduplah dengan Bijaksana, Adil dan Beribadah” dan Sub-tema “Bersikaplah Adil dan Bijaksana terhadap Sesama dan Lingkungan sebagai Ibadahmu kepada Tuhan. Panitia sengaja memasukkan alam lingkungan yang sekarang menjadi sorotan dunia, yang berkaitan dengan perubahan iklim dan pemanasan global. Dengan melalui semangat Natal, kita dapat berlaku adil dan bijaksana baik terhadap sesama manusia dan seisi dunia termasuk lingkungan.

Hadir dalam Natal Bersama adalah HR Agung Laksono sebagai Ketua DPR RI. Dalam sambutannya, HR Agung Laksono menekankan bahwa arti perayaan Natal bukan sekedar seremoni ritual namun akan memperkuat komitmen dan kesungguhan kita untuk memberikan dari diri kita masing-masing, usaha dan karya terbaik bagi kepentingan bangsa. Hanya dalam kesadaran yang demikianlah kita dapat melakukan tindakan mengasihi sesama. Menurut ingatan beliau, di beberapa tahun berikutnya, PDO masih tetap di bawah kepemimpinannya karena tidak ada pergantian ketua.

Suka Duka Dalam Pelayanan
Suka dan duka adalah bagian yang selalu ada dalam pelayanan. Saat itu, belum secanggih sekarang teknologi. Undangan untuk menghadiri ibadah harus didistribusikan kepada setiap anggota PDO di lingkungan MPR, DPR, dan DPD RI setiap minggu dalam bentuk hardcopy.

Salah satu hal yang juga menarik adalah walaupun ibadah rutin diadakan setiap hari Jumat namun tempatnya masih berpindah-pindah. Lokasi atau tempat ibadah Mulai dari Pustakaloka (Nusantara IV) DPR RI di mana TVR (Televisi dan Radio) Parlemen sekarang berkantor, sisi kiri Pustakaloka, Ruang Paguyuban Mantan Anggota DPR RI (Padmanagri), Pustakaloka, Ruang VIP Kom II gedung bulat, dan kemudian ke Musala dep an toilet lantai dasar Gedung Bulat.

Tidak seperti sekarang, pelayanan PDO ketika itu hanya didukung oleh peralatan musik yang masih minim. Sayangnya, jumlah anggota yang hadir dalam ibadah PDO masih sedikit. Beliau berharap PDO sekarang dan ke depan semakin baik lagi dengan kehadiran saudara seiman yang semakin banyak jumlah untuk beribadah. Diimani bahwa kehadiran dalam ibadah merupakan bentuk pelayanan kita kepada Tuhan Yesus Kristus penolong, pengharapan dan juru selamat pribadi kita.